Posts Tagged ‘ Tuhan ’

DOA SEORANG PENCARI KERJA

Disuatu sabtu pagi yang cerah, angin dingin masih bertiup lirih dan semilir di kaki gunung merapi. Puncak merapi terlihat indah ditutupi oleh kabut tipis berwarna putih, seputih salju. Suasana pagi masih gelap karena ditutupi oleh awan cumulus nimbus yang menghentak sebagian warna langit dengan hitam pekat yang memudar, tidak ada warna biru cerah yang menampakkan sisi feminim dan sejuk dari langit. Semuanya terurai dalam kebisuan dan menjelma menjadi rintik-rintik air yang menyentuh kulit seperti irama pijat refleksi yang menyembuhkan dan menenangkan perasaan. Bau rumput basah dan air hujan semalam masih tercium dan menyeruak di seantero ruang bumi. Kendaraan yang melewati jalan kaliurang belum terlalu ramai, mungkin karena hari ini adalah hari libur jadi tidak banyak orang yang mau keluar rumah sepagi ini, hanya tampak beberapa murid sekolah yang lalu lalang hendak pergi kesekolah serta beberapa orang yang berlari pagi menyusuri jalan kaliurang.

Di suatu ruang sempit yang hanya berukuran tiga kali tiga meter, seorang pemuda duduk termenung di depan sebuah laptop berwarna merah menyala seperti darah. Tangan kanannya memegang mouse yang sedari tadi bergerak-gerak. Printer berbunyi khas dengan suara yang menderit sedang mengeprint beberapa data. Ia menguap beberapa saat, seakan-akan rasa kantuk yang menderanya sejak kemarin belum juga selesai. Ia begitu sangat mengantuknya. Betapa tidak, semenjak semalam ia berkutat dengan pekerjaan membuat surat lamaran pekerjaan, membuat curriculum vitae, menyiapkan fotokopi ijazah dan transkrip nilai yang telah dilegalisir dan disahkan oleh universitas tempat dulu ia berkuliah, menyiapkan foto dengan ukuran yang lengkap yaitu 2 x 3, 3 x 4, 4 x 6, sertifikat Toefl, sertifikat yang lain, piagam dan lain-lain hal yang akan digunakan untuk mengikuti job fair yang akan dilaksanakan pada pagi hari ini. hal-hal yang tidak penting pun harus dipersiapkan untuk mengikuti even sebesar ini. Butuh persiapan yang matang, baik itu tenaga, fisik, mental dan psikologis. Semua harus sempurna karena mencari pekerjaan berarti menjual diri, ilmu pengetahuan dan skill ke perusahaan, kalau tidak ada usaha untuk melakukan sesuatu yang sempurna sejak awal maka kemungkinan besar tidak akan ada perusahaan yang mau melirik. Artinya Hopeless, and no job.

Setelah mempersiapkan segala hal yang berhubungan dengan administrasi, sang pemuda kemudian menyiapakan segala hal yang berhubungan dengan penampilan. Ia menjunjung tinggi prinsip “penampilan bukan menjadi hal yang utama namun yang pertama”, maksudnya adalah penampilan seseorang adalah bukan segala-galanya, namun kesan pertama seseorang terhadap orang lain adalah dari penampilan. Tidak mungkin ia menghadiri acara sebesar job-fair ini yang menyiapkan begitu banyak lowongan pekerjaan yang berkelas dengan menggunakan kaos oblong, celana jeans belel, sandal jepit dan penampilan yang acak-acakan. Ia sendiri merasakan bahwa  terkadang ketika melamar pekerjaan, ia tidak menjadi dirinya sendiri, ia menjadi seperti orang lain, namun inilah proses yang harus ia lewati, bukan hal yang buruk untuk sesekali berubah untuk sesuatu yang baik. toh, ia pun harus membiasakan diri seperti ini karena dia bukan lagi seorang anak SMA yang tidak punya orientasi, dia adalah seorang sarjana yang harus berpikir cerdas, cepat, tepat dan matang untuk kehidupannya kelak di masa yang akan datang.

Ia mengeluarkan beberapa lembar baju berkerah dengan lengan panjang dari dalam lemari, ada yang berwarna hitam, coklat, biru tua, hijau muda, setelah menimbang-nimbang beberapa lama, akhirnya ia memilih untuk menggunakan atasan berwarna hijau muda. Setelah memilih atasan berwarna hijau muda, kali ini ia mengeluarkan dari dalam lemari selembar celana kain berwarna hitam. Ia kemudian mulai menyetrika kedua lembar pakaian itu sambil bersenandung lirih. Ada semangat baru di hidupnya karena hari ini bisa saja menjadi hari baik bagi dirinya dan masa depan serta karir yang ia inginkan.

Setelah menyelesaikan sarapan ia kemudian membersihkan diri dengan mandi. Terasa dingin, amat sangat dingin, ia masih menggigil ketika memakai pakaian yang tadi baru saja di setrika. Rasa hangat menyeruak karena baju yang dikenakan masih menyimpan panas setelah baru saja di setrika, sangat membantu, sangat-sangat membantu. Ia kemudian mengecek lagi semua berkas yang sudah disimpan di dalam tas punggungnya yang berwarna hitam sambil menggumam kecil.

“fotokopi transksrip dan ijazah, Ok”

“surat lamaran kerja dan curriculum vitae, lengkap”

“foto, sertifikat toefl, sertifikat lain-lain, deal”

Ia mengingat lagi sekiranya apa saja lagi yang mungkin masih kurang, setelah mengingat beberapa lama, ia hampir saja melupakan bahwa ia harus membawa pena, pensil 2b, pensil hb, rautan, karet penghapus untuk mengantisipasi bahwa ada beberapa perusahaan yang akan melakukan test hari ini. Setelah mengecek semua kelengkapan sekali lagi untuk meyakinkan bahwa tidak ada yang terlupa, ia akhirnya berangkat dengan perasaan optimis yang sangat tinggi. Sebagai seorang manusia rasa optimis harus dibangkitkan meskipun hasil menjadi akhir dari perjuangan, tapi setidaknya semangat, motivasi dan keyakinan serta mimpi akan mengantar ke tahap akhir, karena masih ada proses yang harus dilewati.

Tepat pukul 7 waktu di tangannya, waktu kaliurang Yogyakarta. Ia berangkat dengan penuh harap dan doa ke lokasi jobfair yang ia akan tuju. Setiba di lokasi ternyata lokasi di Graha sabha pramana UGM yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan jobfair sudah dipenuhi dengan ribuan orang yang sudah bersiap-siap mencari peruntungan. Tepat pukul 8 ketika pintu masuk di buka, ribuan orang merangsek masuk dari dua pintu, yaitu pintu bagi yang non-member ECC UGM dan bagi member ECC UGM. Setelah menunggu antrian, ia akhirnya bisa masuk juga melewati pintu member.

Aktifitasnya pun dimulai pada hari itu, terasa begitu padat sekali jadwal yang harus ia lewati, tidak ada waktu untuk sejenak beristirahat, belum lagi dengan kapasitas oksigen yang serasa habis karena banyaknya orang yang berlalu lalang mencari sesuatu yang biasa kita sebut dengan keberuntungan. Ia harus mengantri untuk memasukkan lamaran, mengikuti presentasi perusahaan untuk mengetahui perusahaan lebih dekat, mengikuti psikotest yang terkadang ia rasakan membosankan namun tetap ia harus jalani karena sudah merupakan proses yang harus ia lewati. Bayangkan saja anda terdampar disebuah ruangan yang luas bersama dengan ratusan orang menghitung angka-angka, menggambar, berpikir dan berlogika. Namun ia tidak patah semangat, ia hanya mau menjalani impiannya “Bekerja adalah sebagian dari ibadah, bekerja adalah tempat mengaplikasikan ilmu yang sudah di dapat dari perguruan tinggi”. Dengan bekerja juga ia dapat menjadi manusia yang produktif dan dapat membiayai hidupnya dimasa mendatang dan juga keluarganya.

Pukul 5 sore segala urusan lamar melamarnya dan panggilan test telah selesai. Ia kemudian kembali ke rumah. Wajahnya terlihat capek, lemah, letih, lesu, lunglai, keringat membasahi bajunya, rambut yang acak-acakan. Setelah menaruh tas punggung yang sempat menemaninya hampir selama 9 jam berada di job fair. Ia mengambil segelas air lalu meminumnya untuk meredakan rasa hausnya yang teramat sangat menyiksa tenggorokonnya. Sejenak ia duduk di depan televisi, mengganti saluran mencari sesuatu yang mungkin menarik hatinya. Namun tidak ada satu pun acara di televisi yang menarik, yang ada hanya acara gossip, ftv, berita, dan kuis yang sama sekali membosankan. Ia menghabiskan air putih tersebut dalam sekali tegukan. Setelah beristirahat beberapa lama sambil mengganti-ganti channel dengan remote control di tangan, ia mematikan televisi yang sedang menayangkan liputan langsung berita demo rakyat mesir menuntut pemerintahan husni mubarak mundur. Ia menarik nafas panjang. Baginya tak ada guna mengurus orang berdemo atau mengurus kapan si husni mundur, toh si husni mundur atau tidak mundur dia tidak akan memberi pekerjaan kepadanya.

“tak ada yang menarik.”pikirnya.

Ia membuka pintu kamarnya yang dipenuhi dengan poster-poster pemain sepakbola chelsea terkenal semacam didier drogba, frank lampard, Ashley cole, dan juga Peter cech. Ia mengamati kamarnya yang berantakan. Kertas-kertas fotokopi sertifikat, curriculum vitae dan ijazah berserakan diatas lantai dan meja, tempat tidur yang belum juga dibereskan, ia menggeleng-gelengkan kepalanya, mungkin ada perasaan tidak percaya di dalam kepalanya melihat kamarnya. Perasaan yang ada dalam dirinya adalah kamar yang ia tinggalkan pagi tadi dalam keadaan yang sangat bersih, namun kenapa ketika ia pulang semuanya berubah jadi berantakan seperti telah terjadi suatu pembunuhan di dalam kamar atau seorang pencuri masuk ke dalam kamar berusaha mencari barang berharga. Mau tidak mau keinginnannya untuk beristirahat harus ia tunda sejenak, ia kemudian menyingsingkan lengan bajunya untuk kemudian bekerja membersihkan sampah kertas yang bergelimpangan di dalam kamarnya.

Setelah hampir setengah jam membersihkan kamarnya, ia tersenyum simpul melihat ruangan yang tadi diperjuangkannya telah bersih. Ia kemudian mengambil handuk dan memutuskan untuk mandi karena gerah yang menghinggapi tubuhnya terasa begitu sangat menyiksa. Setelah selesai mandi, badannya terasa begitu segar, siraman air tadi seperti terapi kecil bagi badannya yang lemah dan lelah. Kali ini ia bisa berpikir lebih nyaman tidak seperti ketika ia baru saja pulang dari tempat tadi yang penuh dengan hiruk pikuk seperti pasar, meskipun yang ini adalah pasar untuk para pencari kerja.

Ia duduk sejenak memikirkan betapa riuhnya suasana tadi. Ia saja yang memutuskan untuk pergi lebih pagi harus rela menerima kenyataan bahwa manusia sudah banyak datang lebih pagi dari dia sendiri. Beberapa stand perusahaan yang memang memiliki nama besar dipenuhi antrian yang membludak, ribuan orang berjejer rapi seperti sedang mengantri cabai hanya untuk mendapatkan kesempatan untuk meng-entry nama ke dalam database perusahaan dengan harapan mendapatkan kesempatan untuk dapat dipanggil mengikuti test dan dengan harapan berikutnya dapat melewati test sampai dengan tahap terakhir. Hal yang paling menyenangkan yaitu menerima kontrak kerja. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian, antri-mengantri lebih dulu, kontrak kerja kemudian.

Usaha adalah awal, Doa adalah kelanjutannya

Usaha adalah awal, Doa adalah kelanjutannya

Tiba-tiba, dalam pemikiran panjangnya, ia merasa terusik, sesuatu mengganggu dirinya, sesuatu sangat menyiksa pemikirannya ketika ia harus memikirkannya. Kenyataan bahwa bukan ia sendiri yang sedang mencari kerja, kenyataan bahwa bukan ia sendiri yang sedang mengantri, kenyataan bahwa bukan hanya ia yang mencari peluang untuk kehidupannya di masa yang akan datang, kenyataan bahwa yang memiliki impian untuk bekerja bukan hanya dia, kenyataan bahwa yang mencari sesuap nasi bukan hanya dia, kenyataan bahwa yang ingin dipanggil oleh perusahaan bukan hanya dia. Ia terdiam sejenak, pikiran dan ketakutan itu membaur dan menyiksanya. Ketakutan itu muncul lagi, meskipun ia merasa bahwa ia sudah melakukan apa yang terbaik, ia sudah berusaha “menjual” semua yang ada dirinya agar perusahaan bisa melirik dirinya, ia pasrah, ia mengambil keputusan harus bertemu, bercerita, mengadu kepada sesuatu yang memiliki segala-galanya.

Setelah membersihkan dirinya, mengikuti ritual ibadahnya, ia tersungkur dan tersudut di lantai yang dihiasi permadani bersih berwarna coklat muda, wajahnya tertunduk, tangannya menengadah ke atas langit, bibirnya lirih berucap seuntai doa yang ia keluarkan dari seluruh hatinya yang sedang gundah dan gulana akan sesuatu yang belum pasti.

“Tuhan yang Maha pengasih, memiliki kasih tiada berbatas, memiliki kasih yang tiada berujung, dan memiliki kasih yang tiada taranya. Tuhan-ku, engkau menciptakan matahari, sinarnya terang untuk segala umat-Mu, bukan hanya untuk segelintir umat, tapi bagi semua umat-Mu agar mereka dapat menikmati hangatnya kasih-Mu yang kau pancarkan dari penghujung langit yang maha luas hasil dari penciptaan-Mu. Engkau juga menurunkan hujan agar semua manusia bisa merasakan bahwa dibalik segala penciptaan-Mu yang penuh kasih selalu ada dua sisi yang kau ciptakan untuk menunjukkan betapa Maha Esa-Nya dirimu dan tiada yang dapat menandingi dan menyamai-Mu, Engkau turunkan hujan dari kamar-kamar langit, untuk menunjukkan betapa sejuknya kasih-Mu kepada umat-Mu. Tuhan-ku lihatlah hamba-Mu ini, berikanlah sejuk dan hangatnya kasih-Mu. Lihatlah perjuangan hamba hari ini, saat mentari belum juga menampakkan senyumnya  di ufuk timur, saat bulan belum sempurna terbenam menuju tahtanya, saat embun-embun pun belum turun membasahi lantai-lantai bumi. Hamba-Mu sudah bersimpuh menghadapmu, hamba-Mu sudah membersihkan diri sepagi ini, mempersiapkan diri dengan apa yang akan terjadi hari ini, hamba hanya ingin Engkau bersihkan hati hamba untuk menerima apa yang akan terjadi kemudian di hidup hamba ke depan, hamba juga hanya ingin Engkau persiapkan diri hamba menerima apapun segala keputusanmu untuk hidup hamba.

“Tuhan yang maha penyayang, memberikan sayang-Nya tanpa meminta kembali dan tanpa menghitung lagi, Tuhan yang memberikan segala rasa sayang-Nya untuk semua manusia, memberikan setiap helaan nafas dalam kemuliaan dan keagungan, setiap detik, setiap menit tanpa pernah menghitung harga atas semua nikmat hidup yang diberikan kepada umat-Nya, tidak pernah kami merasa kekurangan udara segar dan oksigen dalam proses kami memuja-Mu.  Tuhan yang memberikan makan dan minum kepada seluruh umat-Nya tanpa pernah merasa kekurangan sebutir beraspun atau setetes airpun. Tuhan yang memberikan makan dan minum tanpa pernah berhenti atau sedikitpun terlambat mengisi perut ciptaan-Nya agar selalu berpikir dan memuja. Tuhanku, hitunglah diri dan ilmu hamba agar berguna bagi banyak orang, hitunglah pengorbanan hamba agar hamba bisa memberikan yang terbaik bagi diri hamba dan keluarga hamba serta semua orang-orang yang berada di sekeliling hamba. Tuhanku,sudilah kiranya Engkau memberikan apa yang yang menjadi hajatku, hamba tahu Engkau tidak akan pernah kekurangan meskipun kau memberikan satu yang aku inginkan dan terhadap apa yang engkau berikan kepada umatmu, kekayaan-Mu seluas langit dan bumi, tiada yang dapat meragukan, tiada yang dapat menyangsikan dan tiada pula yang dapat mengingkarinya.”

“Tuhan yang Maha mengetahui, menciptakan segala sesuatu dengan perhitungan, mengetahui dengan pasti berapa luasnya bumi dan langit, bukan dengan perkiraan tapi dengan angka yang pasti, mengetahui berapa jumlah tetes air di dalam lautan, yang turun ke bumi, yang mengalir di sungai, dan air yang berada di dalam bumi. Tuhan yang Maha mengetahui, semua apa yang tersembunyi di dalam perut-perut bumi, terhampar di kisi-kisi langit dan apa yang ada di alam semesta, baik itu sebesar gunung maupun sekecil atom dan biji zahrah. Tuhan yang Maha mengetahui segala ilmu pengetahuan dan segala hal rahasia yang ada di langit dan bumi, yang manusia pun tidak tahu, Tuhan yang memiliki ilmu pengetahuan yang tidak terbatas, yang tidak ada habisnya dan tiada yang dapat menandinginya, bahkan ketika seluruh manusia paling pandai dimuka bumi dikumpulkan untuk berusaha menandingi kekuasaan-Mu akan ke Maha mengetahui-MU. Tuhanku yang Maha mengetahui isi hati hamba,Engkau mengetahui apa yang hamba inginkan sekarang, apa yang hamba mau sekarang ini, sesuatu yang tak mampu diungkapkan dengan apapun, namun hamba tahu, Engkau telah membaca hati hamba yang penuh harap ini akan sesuatu yang hamba damba sudah sejak lama, Tuhanku yang Maha mengetahui isi pikiran hamba, hamba tahu Engkau sudah mengetahui apa yang hamba pikirkan sekarang ini, apa yang menjadi beban hamba, apa yang menjadi keinginan hamba sekarang”

“Tuhanku, hamba punya semangat yang tinggi, setinggi gunung-Mu yang menjulang menuju langit atau setinggi gunung yang paling tinggi dimuka bumi ini untuk melakukan apa saja yang hamba inginkan, namun setinggi apapun semangat hamba untuk melakukan sesuatu yang ingin hamba lakukan jika Engkau tidak meridhoi apa yang hamba kerjakan, maka tidak akan pernah terjadi. Tuhanku, Hamba punya keinginan seluas lautan luas, lautan yang paling luas yang pernah kau ciptakan di muka bumi ini, namun seluas apapun keinginan hamba, semua tidak ada artinya jika engkau tidak meridhoi apa yang hamba inginkan. Tuhanku, hamba punya kemauan sekeras dan sekuat baja atau apapun ciptaan-Mu yang paling keras dan paling kuat di muka bumi ini, namun sekeras apapun dan sekuat apapun kemauan hamba namun jika Engkau tidak menghendaki-Nya maka tidak akan pernah terjadi apa yang yang hamba inginkan. Tuhanku, hamba mempunyai harapan yang sangat dalam, sedalam lautan yang paling dalam yang pernah engkau ciptakan,namun sedalam apapun aku berharap jika engkau tidak merestui harapan ini, maka semua tidak akan pernah menjadi sesuatu yang terwujud ke depannya. Tuhanku, aku mempunyai mimpi, mimpi yang sangat realistis, mimpi yang ingin diwujudkan menjadi kenyataan, se-nyata dengan penciptaanmu yang begitu mempesona dan anggun yang memenuhi segala penjuru bumi, namun mimpi tetaplah akan menjadi mimpi jika Engkau tidak pernah merestui mimpi hamba untuk menjadi kenyataan.”

“Tuhanku, hamba telah berusaha melakukan apa yang hamba bisa,jika seandainya apa yang hamba telah lakukan masih kurang dan masih belum sempurna maka tambahkanlah dan sempurnakanlah sehingga semua menjadi kebaikan untuk hamba. Tuhanku, hamba telah memaksimalkan potensi dalam diri hamba, hamba telah berusaha memanfaatkan segala ilmu pengetahuan yang hamba punya untuk kemaslahatan diri hamba dan orang lain, seandainya potensi yang ada dalam diri hamba belum juga maksimal, maka maksimalkanlah ia, seandainya pula ilmu pengetahuan yang hamba miliki belum terurai secara baik dan benar serta masih ada yang tersembunyi maka bukalah agar ia menyebar dan menjadi maslahat bagi diri hamba dan semua, seperti wangi bunga yang selalu menebar harum keseluruh penjuru bumi”

“Tuhanku yang maha mengabulkan doa seluruh umatnya, hamba tidak meminta segenggam berlian atau sekarung emas Engkau jatuhkan kepadaku dengan doa ini dari langit, hamba hanya ingin Engkau dengar isi hati hamba, hamba hanya ingin Engkau membaca isi hati hamba, hamba hanya ingin Engkau membaca pikiran hamba, hamba tahu kau lebih dekat bahkan dari urat leher hamba sendiri. Biarlah segenggam berlian atau sekarung emas yang kau berikan ku cari sendiri dengan tenaga, usaha, waktu, pengorbanan, air mata, dan perjuanganku sendiri, kelak aku akan merasakan bahwa betapa beratnya hidup ini, betapa berat tantangan yang harus ku lewati, namun semua tenaga, usaha, waktu, pengorbanan, air mata, dan perjuangan akan terbayar lunas maharnya suatu saat nanti. Hamba hanya ingin saat ini kau berikan kepada hamba sebuah jembatan bagi hamba untuk memulai pencarian dan pengabdian hamba kepada Engkau. Tidak peduli jembatan apa yang kau beri, apakah jembatan kayu, jembatan beton, jembatan besi baja ataukah jembatan emas, sekiranya mana yang terbaik bagiku, biarlah Engkau yang menentukan, pilihanmu tidak pernah salah, pilihan-Mu lah yang terbaik untukku. untuk apa aku meminta jembatan emas, namun aku sendiri tidak dapat bertanggung jawab pada emas yang berada pada jembatan itu, biarlah Engkau memberikan aku jembatan kayu, namun tanggung jawab untuk menjaga jembatan kayu itu kujaga dengan baik dan suatu saat ku ganti jembatan kayu itu dengan jembatan emas.”

“Tuhanku, siapa lagi yang mengetahui seperti apa hidup hamba kedepannya jika bukan Engkau. Tuhanku, Siapa lagi yang dapat mengetahui dimana Engkau akan terdamparkan keinginan hamba jika bukan Engkau, Tuhanku, siapa lagi yang menggenggam takdir makhluk ciptaan-Mu selain Engkau sendiri. Tuhanku, kemanakah lagi aku harus berkeluh kesah mengenai hidupku, karirku di masa yang akan datang, serta jodohku di masa yang akan datang kecuali hanya kepadaMu. Aku berserah diri pada apapun pemberianMu, jika karir yang Engkau tunjukkan ada di antara puluhan perusahaan yang membuka lowongan hari ini, maka semoga Engkau memberikan aku jalan kemudahan yang benar-benar baik, namun jika tak ada satu pun karir yang baik bagi aku di antara puluhan perusahaan yang membuka lowongan hari ini, maka semoga kau memberikan aku kesabaran dan keyakinan bahwa menunggu bukanlah yang buruk, bahwa kau mempunyai suatu rencana yang indah buat hamba-Mu, tidak sekarang namun suatu saat nanti, suatu saat nanti, entah kapan, tapi aku yakin jalan yang Engkau akan berikan kepadaku adalah jalan yang paling baik, paling lurus dan paling indah untukku dalam mengarungi kerasnya hidup, dan ketatnya persaingan manusia dalam mencari ridho di jalanMu melalui sebuah pekerjaan”

“Terima kasih Tuhan telah mendengar keluh kesah ini, terima kasih Tuhan telah mendengar doa dari seorang pencari kerja ini, yang tidak hanya mencari kerja namun juga mencari jati diri serta ridho darimu untuk hidup di dunia yang lebih baik dan hidup di akhirat yang lebih kekal.”

Ia mengusap kedua tangan yang tadi digunakan untuk berdoa ke wajahnya, lama sekali ia terpekur dengan kedua tangan masih di wajah, sebuah doa telah di panjatkan, sebuah doa dari seorang pencari kerja, yang mencari kerja untuk beribadah bukan karena sebuah tuntutan, sebuah doa dari seorang pencari kerja yang mencari kerja untuk mencari ilmu yang lebih dan lebih lagi di dunia yang baru, bukan karena untuk mencari uang yang banyak.

Lama bermunajat dan berdoa, ia akhirnya bangkit setelah beberapa lama duduk terpekur, setelah merapikan tempat ibadahnya, ia kemudian melirik telepon genggam yang ada di atas meja di dekat laptop berwarna merah meliriknya, setelah membuka kunci layar, ia kaget bukan kepalang, layar telepon genggamnya menunjukkan terdapat 12 sms yang masuk, ia hanya bisa tersenyum melihat apa yang terjadi, apakah doa seorang pencari kerja telah dikabulkan?. Hanya seorang hamba dan Tuhannya yang tahu apa yang telah terjadi.